Beena adalah seekor putri duyung. Ia ingin pergi ke dermaga. Katanya di sana ada makhluk bernama manusia, tetapi sahabatnya Tiki melarang Beena untuk pergi.
Saat bermain karet dan petak umpet bersama Bayu dan Dita, Nana selalu menyebutkan angka hingga suaranya serak.
Rumah Tata mengalami banjir. Ia lalu membantu Ayah dan Ibu dengan menemani Rahil. Genangan air di dalam rumahnya makin tinggi sehingga menghanyutkan mainan kesukaan Rahil. Itu membuar Rahil, adiknya, terus menangis dan ingin mengejar mainnya. Duh, apakah Tata berhasil menenangkan Rahil di tengah rumah mereka yang tengah kebanjiran?
Atu Tobe, anak Desa Boti Dalam, NTT, mulai bersekolah. Atu takut berteman dengan anak Boti luar. Atu juga menderita memakai sandal. Bagaimana Atu menjalani hari-hari pertamanya di sekolah?
Simon, Kak Johan, dan Papa pergi menaiki sampan di Sungai Salawai Maluku. Mereka akan membuat tepung sagu. Tepung sagu dapat diolah menjadi berbagai macam makanan yang lezat. Papa mengajak Simon untuk terus menjaga tradisi membuat sagu di Maluku.
Ke mana pun Ana pergi, ia tak pernah lupa menggendong ranselnya. Ana Si Ransel sebutannya. Ia suka memasukkan barang-barang ke dalam ranselnya. Ada krayon, kertas, koran, payung dan sebagainya.
Jayanti akan berkunjung ke rumah Paman Gesang, Bibi Teti, dan Jola. Bibi Teti adalah seorang suku Sawu asli. Mereka tinggal di Nusa Tenggara Timur.
Oddang bingung untuk menghabiskan waktu libur sekolahnya, sehingga pada akhirnya Ayah Oddang mengajaknya ke bengkel pembuatan kapal pinisi. Ayah Oddang pun bercerita banyak tentang kapal pinisi yang sudah menjadi kebanggan masyarakat Bugis.