Serpihan-serpihan kenangan yang sangat personal–bersama sentimentalismenya–itulah Ampenan bagi saya. Pertama kali menulis puisi perihal kota ini adalah ketika saya tidak lagi bermukim di sana. Ketika saya sudah dewasa, rumah dijual, dan keluarga terpencar-pencar. Seperti ada yang memanggil-manggil saya untuk menuliskannya. Memanglah, sebuah panggilan membutuhkan jarak. Dan saya hanya menuru…
Mengapa saya menulis puisi? Cara saya mencari tahu jawaban dari pertanyaan ini adalah hanya dengan menulis puisi. Ada banyak hal yang belum dan sudah saya ketahui sejak menekuni pekerjaan yang melelahkan ini, sekaligus menyenangkan hati sambil menjaga mata tetap fokus dengan mengonsumsi wortel. Menulis puisi menuntut saya mesti mengendalikan diri saat jatuh cinta dan patah hati. Menulis puisi m…
Cinta menjadi benang merah buku puisi ini. Tema cinta sengaja saya pilih karena bagi saya puisi cinta adalah jenis puisi yang paling menggetarkan. Saya paling senang membaca dan menulis puisi-puisi cinta. Puisi-puisi cinta dalam buku ini akan lebih cocok dibaca dalam suasana sunyi, sendiri, atau dibacakan di hadapan kekasih hati. Beberapa puisi dengan judul bahasa asing dalam buku ini saya a…
Puisi-puisi dalam buku ini adalah upaya saya berdamai dengan diri sendiri, sekalipun sesekali kemarahan muncul dalam bentuk yang redam. Saya menekan emosi agar tidak meledak menjadi sarkas murahan yang akan mengesankan puisi-puisi ini bertindak seumpama preman pasar yang menghakimi orang-orang menyebalkan di sekelilingnya. Untuk sementara (entah kelak), tampil elegan dan bersahaja agaknya jauh …
Ingatan kepada tanah kelahiran, kepada ibu yang melahirkan, kemudian kepada puisi yang saya lahirkan terus memenuhi kepala saya. Energi kesedihan itu memacu saya untuk memulai kembali pengembaraan dalam penyusunan puisi. Lalu terbersitlah keinginan untuk membagi kumpulan puisi ini menjadi dua bagian. Bagian pertama saya beri subjudul "Tamasya", puisi-puisi tentang tempat-tempat yang pernah s…
Nisa dan adiknya, Salsa, menemukan sebuah boneka di taman kota. Mereka sepakat untuk membawanya pulang. Anehnya, ekspresi wajah boneka itu bisa berubah-ubah. Mereka jadi ketakutan. Sepertinya, ada sesuatu tentang boneka itu
Sejak tahu mudahnya berbelanja online, Arine jadi rajin belanja di online shop. Sampai-sampai, barang belanjaannya menumpuk dan banyak yang tidak terpakai. Kalau begitu, gimana cara supaya Arine mau berhenti belanja online, ya?
Mirna asyik berkeliling di kebun binatang bersama teman-teman. Tiba-tiba saja, ada singa mengaum dan membuat Mirna ketakutan. Saking takutnya, ia berlari menghindar dan enggak sadar sudah terpisah dari teman-temannya. Hwaaa ... sepertinya ia tersesat. Gimana ya, nasib Mirna?
Sebagai hadiah ulang tahun, ibu akhirnya mengajak Ataya ke toko buku. Banyak buku KKPK yang ingin dibeli oleh Ataya. Ataya sangat senang karena punya buku baru. Ketika Ataya sedang asyik membaca buku, tiba-tiba adiknya Fathiya merangkak dan merebut bukunya. Mereka saling tarik-menarik buku, hingga bukunya sobek. Akankah Ataya marah kepada
Dalam acara buka puasa bersama teman-teman Papa, Arin mengajak Nadhir, dkk. berjalan-jalan di hotel tempat acara diadakan. Nadhir menyanggupi. Mengelilingi hotel yang gelap itu merupakan sebuah tantangan terbesar dalam hidupnya. Baru di depan hotel saja, sebuah bola lampu mati dengan sendirinya, seolah-olah memberikan pertanda buruk bagi Nadhir yang penakut. Teman-temannya…