Pada hari Sabtu pagi, Dian melihat kakaknya memasang sebuah alat aneh di atap rumahnya. Alat apakah itu? Kata Kak Yoga alat itu bisa untuk menyalakan lampu, lho. Dian menjadi penasaran apakah alat itu memang benar-benar bisa untuk menyalakan lampu. Nah, kalau kalian juga penasaran alat apakah itu, yuk kita baca buku ini.
Nyma pulang dari Kebun Hijau. Dia baru saja belajar membuat pupuk organik yang terbuat dari nasi basi. Nyma ingin membuat dari nasi basi. Nyma ingin membuat sendiri pupuk organik. Dia punya buku panduannya dari Kebun Hijau.
"Mengapa kain Nenek ada namanya?" tanya Dini. Dini ingin tahu, mengapa nenek selalu menyebutkan nama Sidomukti, Parang dan Kawung untuk kain-kainnya.
Atu Tobe, anak Desa Boti Dalam, NTT, mulai bersekolah. Atu takut berteman dengan anak Boti luar. Atu juga menderita memakai sandal. Bagaimana Atu menjalani hari-hari pertamanya di sekolah?
Simon, Kak Johan, dan Papa pergi menaiki sampan di Sungai Salawai Maluku. Mereka akan membuat tepung sagu. Tepung sagu dapat diolah menjadi berbagai macam makanan yang lezat. Papa mengajak Simon untuk terus menjaga tradisi membuat sagu di Maluku.
Ke mana pun Ana pergi, ia tak pernah lupa menggendong ranselnya. Ana Si Ransel sebutannya. Ia suka memasukkan barang-barang ke dalam ranselnya. Ada krayon, kertas, koran, payung dan sebagainya.
Jayanti akan berkunjung ke rumah Paman Gesang, Bibi Teti, dan Jola. Bibi Teti adalah seorang suku Sawu asli. Mereka tinggal di Nusa Tenggara Timur.
Pernahkah kamu merasa takut? Misalnya takut gelap. Takut gelap akan hilang ketika hari mulai terang. Bersyukurlah karena rasa takut itu tidak terus-menerus ada.
Mila punya hobi baru, melakukan surat menyurat dengan sahabat pena. Wuri dan Adinda, kedua teman baik Mila, jadi ingin dikirim surat juga. Akan tetapi, Adinda adalah seorang tunanera. Adinda tidak bisa membaca dan menulis surat biasa.