Pulitzer Prize winner Sylvia Plath’s complete poetic works, edited and introduced by Ted Hughes. By the time of her death on 11, February 1963, Sylvia Plath had written a large bulk of poetry. To my knowledge, she never scrapped any of her poetic efforts. With one or two exceptions, she brought every piece she worked on to some final form acceptable to her, rejecting at most the odd verse,…
Selama ini kita tidak bisa menemukan sajak-sajak Chairil Anwar dalam satu buku. Sebagian kita temukan dalam Deru Campur Debu dan Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus, sedangkan sebagian lagi kita jumpai dalam Tiga Menguak Takdir dan Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45. Akan tetapi, sajak-sajak yang terdapat dalam pelbagai buku itu sekarang disatukan dalam Aku Ini Binatang Jalang ini. …
Dreaming feels like boarding a magic carpet. I'm flying into the night imagination shaping the clouds, hands holding the stars. No fear, just the magic I trust. It'll take me to a place I don't know yet, somewhere I belong.
Saya tidak peduli sedang membaca puisi, prosa, drama, atau nonfiksi, yang saya pedulikan adalah gagasan di dalamnya, hal itu juga terjadi ketika saya menulis. Genre bukan hal yang penting; yang penting ialah sampainya sebuah gagasan. Genre hanyalah kereta api, pesawat, sepeda, kapal laut—gagasan adalah orang-orang yang mengendarainya dan semua kendaraan tersebut akan tiba pada tujuannya. Hari…
Serpihan-serpihan kenangan yang sangat personal–bersama sentimentalismenya–itulah Ampenan bagi saya. Pertama kali menulis puisi perihal kota ini adalah ketika saya tidak lagi bermukim di sana. Ketika saya sudah dewasa, rumah dijual, dan keluarga terpencar-pencar. Seperti ada yang memanggil-manggil saya untuk menuliskannya. Memanglah, sebuah panggilan membutuhkan jarak. Dan saya hanya menuru…
Mengapa saya menulis puisi? Cara saya mencari tahu jawaban dari pertanyaan ini adalah hanya dengan menulis puisi. Ada banyak hal yang belum dan sudah saya ketahui sejak menekuni pekerjaan yang melelahkan ini, sekaligus menyenangkan hati sambil menjaga mata tetap fokus dengan mengonsumsi wortel. Menulis puisi menuntut saya mesti mengendalikan diri saat jatuh cinta dan patah hati. Menulis puisi m…
Cinta menjadi benang merah buku puisi ini. Tema cinta sengaja saya pilih karena bagi saya puisi cinta adalah jenis puisi yang paling menggetarkan. Saya paling senang membaca dan menulis puisi-puisi cinta. Puisi-puisi cinta dalam buku ini akan lebih cocok dibaca dalam suasana sunyi, sendiri, atau dibacakan di hadapan kekasih hati. Beberapa puisi dengan judul bahasa asing dalam buku ini saya a…
Puisi-puisi dalam buku ini adalah upaya saya berdamai dengan diri sendiri, sekalipun sesekali kemarahan muncul dalam bentuk yang redam. Saya menekan emosi agar tidak meledak menjadi sarkas murahan yang akan mengesankan puisi-puisi ini bertindak seumpama preman pasar yang menghakimi orang-orang menyebalkan di sekelilingnya. Untuk sementara (entah kelak), tampil elegan dan bersahaja agaknya jauh …
Ingatan kepada tanah kelahiran, kepada ibu yang melahirkan, kemudian kepada puisi yang saya lahirkan terus memenuhi kepala saya. Energi kesedihan itu memacu saya untuk memulai kembali pengembaraan dalam penyusunan puisi. Lalu terbersitlah keinginan untuk membagi kumpulan puisi ini menjadi dua bagian. Bagian pertama saya beri subjudul "Tamasya", puisi-puisi tentang tempat-tempat yang pernah s…