Text
Opo jare tekek: sastra jula juli
Memang bagi saya, ludruk bukanlah teater yang sekadar romantis atau fantastis: ludruk adalah teater yang mengolah emosi, pergulatan, penderitaan, dan perlawanan wong cilik, rakyat biasa, pada zaman dan situasinya. Terhadap lakon-lakon klasik dan baku pun, ludruk selalu bisa menyematkan tema-tema kehidupan dan perlawanan yang dialami rakyat dalam kesehariannya. Kesan tentang ludruk yang demikian itulah inspirasi yang selalu menyertai perjalanan kepenulisan saya. (“Opo Jare Tekek”, Sindhunata)
Lama bermukim di Yogyakarta tak melunturkan warna masa kecil Sindhunata di Kota Batu dan Malang yang gemar nonton ludruk. Warna ini malah semakin mengemuka dan menguat. Begitulah kita pengunjung setia Bentara Budaya Yogyakarta terbiasa dengan pengantar catatan kurasinya yang dilengkapi dengan untaian sastra jula juli. Ia menggubahnya komplet tiga bagian: pembuka, isi, dan penutup. Bait-bait yang bersuara, karena sejatinya kidungan jula juli adalah sastra lisan khas Jawa Timur.
Buku ini merekam permenungan dan kreativitas Sindhunata dalam merayakan seni ludruk. Esai-esainya yang menggambarkan apa, siapa, dan bagaimana ludruk, diperkaya dengan jula juli karangannya. Bukan cuma dinikmati orang Jawa Timur, jula juli ini sudah menasional sejak dipopulerkan dalam irama hip hop oleh JHF, Jogja Hip Hop Foundation.
No other version available