Karya monumental Eric Arthur Blair, atau yang lebih dikenal dengan nama pena George Orwell, yang berjudul Animal Farm ini terkenal dengan nada satirisnya dalam bercerita. Buku ini menyajikan arti sebuah kekuasaan yang totaliter dengan bentuk yang tidak biasa, setidaknya untuk sebuah karya sastra yang menceritakan politik, yaitu dalam bentuk fabel binatang. Dengan bentuk demikian, seolah Orwell ingin menekankan di karya ini bahwa dengan bentuk binatang, kekuasaan bisa menjadi sangat bengis, namun dengan pola yang sama dengan yang biasa terjadi pada manusia, bahkan dengan adegan-adegan binatang yang bisa dikatakan sangat manusiawi seperti berunding, melobi, bekerja keras menggunakan tenaga fisik. Saat kita membaca buku ini, akan terasa bahwa karya bernuansa humoris namun serius ini mencela sisi buruk kekuasaan.
Penggunaan tokoh binatang seolah menyindir manusia bahwa para binatang dapat berlaku lumrah seperti memperebutkan sesuatu, dengan melihat beberapa hal di dalam buku ini, saat para binatang mulai berperilaku politis seperti merencanakan, mempengaruhi pihak lain dan semacamnya, kita jadi tersenyum ironis, terutama jika kita menemukan bahwa tujuan suatu rencana besar ini adalah tujuan yang juga dirancang oleh manusia dalam berpolitik, bahkan tokoh-tokoh binatang ini memerankan jenis kegiatan yang dilakukan dari setiap lapisan masyarakat dan setiap kelasnya dari pekerja hingga para elit, efek ironisnya malah lebih membuat kita 'tersinggung.'
Buku ini cocok untuk dibaca penikmat sastra, sejarah, dan filsafat, sekaligus para pembaca karya-karya fiksi ringan.

--review by Om Jo
http://cikallibrary.blogspot.co.id/