Image of Aleph

Printed Book

Aleph



Saat perasaan tidak puas menetap, itu berarti perasaan itu ditempatkan oleh Tuhan karena satu alasan saja: kau perlu mengubah segalanya dan maju. (p.27)

“Keraguan mendorong orang maju.” –J. (p.17)

Saat Paulo mencapai sebuah titik keraguan dan ketidakpuasan dalam hidupnya, J., sang Guru, menasihatinya untuk melakukan perjalanan, mencari jawaban, untuk kembali menjadi ‘raja di kerajaannya sendiri’. Paulo pun memutuskan untuk memanfaatkan profesinya sebagai penulis, dia membuat janji kunjungan ke berbagai negara dalam dua minggu, ditambah perjalanan kereta api melintasi Rusia (Trans-Siberia). Perjalanan itulah yang dikisahkan dalam buku ini.

“Tidak ada gunanya duduk di sini, menggunakan kata-kata yang tidak berarti apa-apa. Pergilah dan bereksperimen. Sudah waktunya kau keluar dari sini. Pergi dan taklukkan kembali kerajaanmu yang mulai tercemar oleh rutinitas. Berhenti mengulang-ulang pelajaran yang sama karena kau tidak akan mempelajari hal baru dengan cara itu.” –J. (p.21)

Pada perjalanannya tersebut, Paulo bertemu dengan salah seorang pembacanya dari Turki, Hilal. Kehadiran Hilal menjadi petualangan tersendiri. Gadis muda tersebut berkeras mengikuti kemana pun Paulo pergi, karena dia yakin bahwa dirinya dan sang penulis ditakdirkan untuk bersama sejak kehidupan yang lampau. Sedangkan Paulo sendiri baru menyadari apa yang dicarinya terdapat pada Hilal saat mereka mengalami Aleph di dalam gerbong kereta api di Rusia.

Aku berada di Aleph, titik di mana segala sesuatu berada di tempat serta waktu yang sama. (p.93)

Aleph, merupakan abjad pertama dalam bahasa Arab dan Ibrani, namun dalam buku ini, pengertiannya secara luas kurang lebih sama seperti yang digambarkan Jorge Luis Borges dalam cerita pendeknya, The Aleph. Dalam titik ini, jarak maupun waktu, masa dan kematian tak berarti apa-apa. Orang yang mengalaminya dapat berada pada seluruh alam semesta dan seluruh inkarnasinya sekaligus.

Paulo menyadari bahwa Hilal adalah salah satu inkarnasi dari delapan wanita yang ‘disakiti’nya di kehidupan sebelumnya. Oleh karena itu, dia berusaha kembali menghadirkan ingatan Hilal akan kehidupan sebelumnya dan memberikan maaf untuknya. Selain itu, pengalaman yang dialami Paulo dalam perjalanannya juga akan berguna bagi Yao, penerjemah Rusianya, yang belum dapat menerima kematian istrinya. Sebaliknya, Paulo pun mendapatkan pelajaran dari Yao, juga orang-orang yang ditemuinya.

Dulu sekali aku belajar bahwa untuk menyembuhkan lukaku, aku harus memiliki keberanian untuk menghadapinya. Aku juga belajar untuk memaafkan diri sendiri dan memperbaiki kesalahan-kesalahanku. (p.54)

…satu-satunya hal yang kita capai dengan membalas dendam adalah membuat diri kita sama dengan musuh-musuh kita, sementara dengan memaafkan, kita menunjukkan kebijaksanaan dan kecerdasan. (p.83-84)

…karena cinta adalah satu-satunya hal yang akan menyelamatkan kita, terlepas dari kesalahan apa pun yang akan kita buat. Cinta selalu lebih kuat. (p.129)

Mungkinkah menjauhi jalan yang telah digariskan Tuhan? Mungkin saja, tapi itu selalu salah. Mungkinkah menghindari rasa sakit? Mungkin saja, tapi kau tidak akan pernah belajar apa-apa. Mungkinkah mengenal sesuatu tanpa pernah mengalaminya? Mungkin saja, namun hal itu tidak akan pernah menjadi bagian darimu. (p.276)

Konsep utama dan ide dari buku Paulo Coelho yang satu ini cukup absurd bagi saya. Meskipun dikatakan bahwa ini pengalaman penulis, saya tidak yakin bahwa tak ada bumbu-bumbu ditaburkan dalam kisah ini. Secara pribadi, saya tidak meyakini adanya inkarnasi. Oleh karenanya, saya tidak dapat merasakan keterikatan dengan kisah dalam buku ini. Namun, ternyata saya masih bisa menemukan banyak sekali kalimat berharga yang dapat saya kaitkan dengan kehidupan dan keyakinan saya sendiri, maupun kehidupan manusia secara luas (dapat dilihat dari banyaknya kutipan dalam review ini, yang bahkan hanya sebagian kecil).

Dari kisah Paulo tersebut, kita belajar arti memaafkan dan mencintai, menerima luka dan kesakitan demi menjadi lebih kuat, belajar untuk tak menyesali keadaan, kemudian menjadi lebih baik karenanya. Bahwa kebahagiaan bukan datang dari masa lalu yang sempurna tanpa cela, bahwa kesalahan di masa lalu tak harus menjadi penderitaan di masa sekarang maupun masa depan.

“Itulah yang kumaksud dengan rutinitas. Kau mengira kau ada karena kau tidak bahagia. Orang lain mendapatkan eksistensi dengan bergantung pada masalah-masalah mereka dan menghabiskan sepanjang waktu berbicara tanpa henti tentang anak-anak mereka, para istri dan suami mereka, sekolah, pekerjaan, teman. Mereka tidak pernah berhenti dan berpikir: Aku ada di sini. Aku hasil dari segala sesuatu yang sudah terjadi dan akan terjadi, namun aku ada di sini. Jika aku melakukan perbuatan yang salah, aku bisa memperbaikinya atau setidaknya meminta maaf. Jika aku melakukan perbuatan yang benar, aku akan menjadi lebih bahagia dan semakin terhubung dengan masa sekarang.” –J. (p.21-22)

Dan bahwa satu hal yang terpenting dalam hidup adalah terus bergerak maju.

Hidup berarti mengalami banyak hal, bukan hanya duduk-duduk dan memikirkan makna hidup. (p.80)

Jika kau hanya bersandar pada pengalaman, kau hanya akan menerapkan solusi-solusi lama pada masalah-masalah baru. (p.140)

Bahwa seringkali, yang harus kita lawan dan taklukkan bukan musuh kita, bukan orang lain, tetapi diri kita sendiri. Terkadang kita sendiri yang membentuk dinding dan batasan diri, sehingga menghambat gerakan maju, membuat kita terjebak dalam hal-hal negatif yang kita ciptakan. Bergerak maju, mengenali diri sendiri, bagaimana pun caranya, sejauh apa pun kita harus berjalan.

Itulah yang kuinginkan. Jika aku percaya aku akan menang, kemenangan akan percaya padaku. Tidak ada kehidupan yang lengkap tanpa sentuhan kegilaan, atau, meminjam kata-kata J., yang perlu kulakukan adalah menaklukkan kembali kerajaanku. Jika aku bisa memahami apa yang terjadi di dunia, aku bisa memahami apa yang terjadi dalam diriku. (p.44)

“Kalau kau menghabiskan terlalu banyak waktu berusaha mencari tahu kebaikan atau keburukan orang lain, kau akan melupakan jiwamu sendiri dan akhirnya kelelahan serta dikalahkan oleh energi yang kauhabiskan untuk menghakimi orang lain.” –Yao (p.86)

“Jalan Kedamaian mengalir seperti sungai, dan karena jalan itu tidak melawan apa pun, jalan itu menang bahkan sebelum ia mulai. Seni kedamaian tidak dapat dikalahkan, karena tidak seorang pun melawan apa pun selain dirinya sendiri. Jika kau menaklukkan diri sendiri, maka kau akan menaklukkan dunia.” (p.160)

…kadang kau harus berkelana sampai jauh untuk menemukan apa yang sesungguhnya berada di dekatmu. (p.292)

Mengenai edisi terjemahan ini, saya menemukan cacat pada halaman 76-77 yang seharusnya berisi peta jalur kereta api Trans-Siberia. Keterangan gambar pada peta sangat kabur sehingga tak terbaca, yang seharusnya menjadi alat bantu menjadi tak berguna. Selain itu, saya rasa konsep yang sudah rumit dari sang penulis relatif berhasil diterjemahkan dengan cukup baik.

3/5 bintang untuk perjalanan dengan berbagai maknanya.

Aku bukan orang asing karena aku tidak pernah berdoa untuk kembali dengan selamat sampai di rumah. Aku tidak pernah membuang waktu membayangkan rumahku, meja kerjaku, sisi tempat tidurku. Aku bukan orang asing karena kita semua berkelana, kita semua penuh pertanyaan yang sama, kelelahan yang sama, kemurahan hati yang sama. Aku bukan orang asing karena saat aku bertanya, aku mendapatkan jawaban. Saat aku mengetuk, pintu dibukakan. Saat aku mencari, aku menemukan. (p.282)
About these ads


Availability

122856BM813.802 COE a.Sekolah Cikal Setu (Independent)Currently On Loan (Due on2017-08-25)

Detail Information

Series Title
-
Call Number
813.802 COE a
Publisher Gramedia : Spain.,
Collation
313p; bw;pbk
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
9789792296372
Classification
813.802
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To Previous