Pada hari ke-20 perayaan Imlek di Bangka, Mei Lan mengajak Cika dan Banu berkunjung ke rumah Akung Asan. Di sana, Akung Asan menceritakan sebuah kisah legenda. Legenda apakah itu?
Apakah di daerah kalian ada musik tradisional? Apa namanya?
Anton, Raka dan Wira membuat lunjuk dari tempurung. Seru sekali! Setelah mengumpulkan tempurung, mereka menjemur, lalu menyusunnya di tongkat kayu. Malamnya mereka merayakan tradisi api jagau dengan membakar lunjuk. Mereka berlomba menyalakan api lunjuk, tetapi Raka tampak kesulitan. Apakah yang dilakukan Anton dan Wira? Bisakah lunjuk Raka menyala?
Libur telah tiba. Bapak dan ibu ingin mengajak Sudar dan Yani pergi berlibur. Sebelumnya, mereka diberi tugas oleh ibunya untuk mencari tempat tujuan berlibur. Saat mengalami kebingungan mencari tempat wisata, Sudar ingat ada satu tempat yang istimewa di daerah Gunungkidul.
Kenalkan, ini Sabai Nan Aluih. Artinya Sabai yang halus, halus budi pekertinya, halus tutur katanya, halus pula kecantikannya. Namun, ternyata tidak hanya kehalusan yang ada pada Sabai. Ada padanya kebulatan tekad, kepercayaan diri, dan keberanian menentang stereotip di lingkungannya.
Pada hari Sabtu pagi, Dian melihat kakaknya memasang sebuah alat aneh di atap rumahnya. Alat apakah itu? Kata Kak Yoga alat itu bisa untuk menyalakan lampu, lho. Dian menjadi penasaran apakah alat itu memang benar-benar bisa untuk menyalakan lampu. Nah, kalau kalian juga penasaran alat apakah itu, yuk kita baca buku ini.
Nyma pulang dari Kebun Hijau. Dia baru saja belajar membuat pupuk organik yang terbuat dari nasi basi. Nyma ingin membuat dari nasi basi. Nyma ingin membuat sendiri pupuk organik. Dia punya buku panduannya dari Kebun Hijau.
"Mengapa kain Nenek ada namanya?" tanya Dini. Dini ingin tahu, mengapa nenek selalu menyebutkan nama Sidomukti, Parang dan Kawung untuk kain-kainnya.
Mahfudz dan ayahnya mengisi liburan dengan berkeliling kampung. Sepanjang perjalanan ayahnya memberi teka teki yang jawabannya adalah nama hewan dan nama tumbuhan. Perjalanan yang sangat seru.